Emansipasi di mata modernisasi | Striker's blog

Sabtu, 23 April 2011

Emansipasi di mata modernisasi

 Bonjour every bodyyy....!!! Kite ketemu lagi niiih. Ni temen aye ikut lomba tentang makalah Kartini . Artikel ini temen kita yang buat sendiri. hehee
buat para readers, do'ain yaah, moga-moga artikel ini bisa jadi juara di lomba-lomba Kartini. Oke deh, selamat membacaaa....


Betapa pentingnya kontribusi berharga seorang Kartini, mereka sadar dengan adanya kehidupan sekarang ini yang telah menggugah jiwa dan hati kaum perempuan untuk selalu memperbaiki dan meneruskan perjuangan beliau. Sekarang tak sedikit perempuan yang telah bekerja di Perkantoran, Perusahaan, wiraswasta dan sebagainya. Namun semua itu bukanlah besar cita – cita emansipasi, mereka tetap mempunyai kodrat yang memang sudah pantas melekat di jiwa seorang perempuan, yaitu melakukan tugas dan kewajiban utama sebagai seorang wanita, karena apalah daya besar cita – cita yang telah diraih, kalau memang tugas yang ia emban sebagai wanita begitu diselewengkan, atau tak terlaksana.
           
            Dengan kata lain meneruskan perjuangan emansipasi sekarang adalah tetap menjalani kodrat wanita yang memang sudah sepantasnya untuk dilaksanakan.
           
            Namun dewasa ini tak sedikit orang tua yang menjadikan kaum wanita hanya sebatas burung di dalam sangkar berkarat atau dengan kata lain hanya bekerja secara alamiah, mengurus dan mengatur rumah - tangga saja tidak lebih. Ini semua pada dasarnya hanya butuh pemikiran yang lebih dewasa juga ditambah dengan pengetahuan kepercayaan yang sudah diilhaminya. Jika keduanya telah dikembangkan mereka pun akan menyadari betapa pentingnya pendidikan yang semakin maju ini.
           
            Kedudukan wanita dalam Religius itu juga pada dasarnya sama dengan laki – laki dalam hal mencapai kebaikan hidup, namun wanita harus tetap menjalankan tugas yaitu mengurus rumah tangganya
           
            Dari segi religius ini juga banyak yang mengkaji tentang emansipasi antara lain menuntut kaum laki – laki dan perempuan untuk menjadi pemimpin, pemimpin pada dasarnya adalah orang bisa memimpin tak memandang strata sosial, jabatan, laki – laki, perempuan ataupun lainya. Pemimpin harus tegas dan supel dalam menjalankan tugas yang telah diembannya. Asalkan ia sejalan dengan apa yang diharapkan oleh umum, pasti pemimpin tersebut bisa memimpin sebagaimana sebaik – baiknya seorang pemimpin.

            Dari kepemimpinan tersebut, perempuan sekarang pada dasarnya telah mempunyai modal dengan apa yang diharapkan R. A Kartini dulu. Semua itu hanya butuh instropeksi dan mawas diri, juga jiwa wanita dari seorang perempuan harus tertanam tanpa ada yang kurang karena persamaan derajat antara laki – laki dengan perempuan.

            Namun perempuan sekarang banyak yang merasa tidak puas dengan apa yang diharapkannya mungkin itu keturunan ( biologis ) ataupun dampak lingkungan. Ketidakpuasan ini membawa pada suatu penyimpangan dari makna emansipasi. Contoh sifat tomboy seorang perempuan, yang pada dasarnya itu merupakan sifat lawan jenisnya. Memang itu semua karena terlalu menjiwai dari makna emansipasi.

0 komentar:

Posting Komentar